Senin, 06 Desember 2010

HiPnosiS, Apa s!ch.....? ( Sisha Ristia Kindangen, S. Psi.- Bu chaca )


Saat ini marak terjadinya kejahatan dengan cara hipnotis. Hipnotis sebenarnya istilah untuk pelakunya, sedangkan ilmunya disebut hipnosis. Hipnosis adalah salah satu teknik yang membawa seseorang masuk kedalam alam bawah sadar. Diantara alam sadar dan alam bawah sadar terdapat critical area yang membatasi.Hipnosis adalah tindakan untuk mengurangi peran area kritis tersebut hingga akhirnya pikiran bawah sadar kita terbuka.

Hipnosis dapat tercipta jika pikiran bawah sadar kita menyetujuinya. Hipnosis digunakan sebagai salah satu metode therapy psikologis. Namun terkadang hipnosis kurang tepat digunakan untuk berbagai tujuan, salah satu contoh yaitu program TV yang menggunakan hipnosis untuk komersil. Dan yang lebih buruknya yaitu digunakan untuk kejahatan jalanan, yang banyak diincar adalah anak-anak, wanita, remaja, orang yang terlihat kurang percaya diri, dan orang-orang yang sendirian. Anak-anak dan remaja diicar karena critical areanya masih tipis, wanita diincar karena sering menggunakan perasaan sehingga critical area mudah terbuka. Orang yang terlihat kurang percaya diri dan orang yang sendirian,lebih mudah dihipnotis karena sering melamun.

Tips-tips sederhana untuk menghindari hipnosis negatif :
1. Selalu waspada untuk menjaga hati, pikiran, dan tubuh kita dengan terus berdzikir kepada Allah.
2. HIndari berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal yang tidak jelas tujuannya. Anak-anak kalau bermain harus selalu dekat dengan orang tua.
3.Hipnosis terjadi jika pikiran bawah sadar kita menyetujui, maka teruslah waspada untuk tetap berkonsentrasi di mana pun berada.

Nah orang tua dan anak-anakku semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Samapai jumpa di artikel GCC berikutnya.
By. Mrs. Chaca

Jumat, 17 September 2010

Manfaat Latihan Bela Diri untuk Anak-anak ( Hilman Indrapura, S. Pd. )


Latihan Bela Diri saat ini tidak hanya digemari oleh orang dewasa saja, tetapi anak-anak dan remaja pun saat ini sudah mulai meramaikan tempat-tempat latihan Bela Diri. Hal ini terlihat di sekolah-sekolah terdapat kegiatan ekstrakurikuler bela diri seperti Pencak Silat, Taekwondo, Karate, jiujitsu, Kempo, Judo, dan lain sebagainya. Tidak hanya di sekolah di tempat-tempat latihan bela diri lain pun terlihat anak-anak dan remaja yang menjadi anggota.
Kita sebagai orang tua harus bisa memilih tempat latihan yang cocok untuk anak kita, hal ini akan mempengaruhi proses latihan yang akan dialami oleh anak kita. Tempat latihan yang harus diperhatikan adalah lokasi tempat latihan yang aman, perlengkapan yang disediakan lengkap atau tidak, materi latihan, pelatih, yang paling penting adalah resmi atau tidak perguruan atau klub bela diri yang diikutinya.
Selain Fisik dalam latihan bela diri, anak akan terbentuk beberapa nilai positif tentang kepribadian. Nilai keribadian tersebut adalah : Disiplin, menghormati kepada pimpinan/orang tua, semangat belajar lebih tinggi, ketenangan jiwa, dan ada beberapa klub atau perguruan bela diri yang mengarahkan kepada nilai keagamaan atau religi.
Masa anak-anak atau praremaja menurut Elizabeth B. Haurlock berusia sekitar 0 – 11 tahun, sedangkan pada usia 12 tahun manusia hampir dapat bergerak secara sempurna. Untuk belajar bela diri pada usia dibawah 12 tahun sangat riskan sekali, karena pada usia tersebut manusia masih dalam tahap pembelajaran motorik yang belum sempurna. Untuk itu harus ada penanganan khusus dalam latihan bela diri pada anak-anak.

Dalam buku Bela Diri untuk Anak penulis akan sedikit menuntun anda sebagai orang tua atau pelatih, untuk melatih beberapa gerakan beladiri yang diperbolehkan dalam latihan sesuai dengan kemampuan anak dan tips2 untuk persiapan apabila anak emndaftarkan anak dalam latihan bela diri.

( Lebih lengkapnya baca buku Bela Diri untuk Anak penulis Hilman Indrapura penerbit Dian Rakyat )

Kamis, 19 Agustus 2010

WORKSHOP SERVICE EXCELLENCE IN EDUCATION TODAY (DRS. TAHMIDIN ANWAR)



Pada hari Kamis, 8 juli 2010 yang lalu, seluruh personel sekolah, d.h.i Kepala Sekolah, seluruh guru dan pegawai Tata Usaha ( TU ) berada di ruang PSB (Gedung ALPAM, Lantai 2) dalam rangka mengikuti workshop, bertemakan : SERVICE EXCELLENCE IN EDUCATION TODAY. Kegiatan workshop yang dipandu oleh A. Zaenuddin H, M.Psi, Rina S. Nugroho, S.Psi, dan Ir Agus Muslih ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian ke-1, adalah materi yang bersifat teoritis sedangkan bagian ke-2 adalah materi yang berbentuk simulasi (penerapan dari teori yang sudah dijelaskan sebelumnya).
Ada pun motto dari workshop ini adalah ‘Make Their Day’, yakni berbuat yang terbaik yang ditujukan kepada customer baik internal maupun eksternal.
Motto ini dipilih dengan pertimbangan bahwa saat ini masalah pendidikan begitu kompetitif. Agar mampu bersaing dengan sekolah-2 yang ada, konsekuensinya, ALPAM harus makin meningkatkan kualitas dan pelayanan kepada seluruh peserta didik yang telah diamanatkan oleh orang tuanya kepada sekolah. Orang tua murid menyekolahkan putra-putrinya di Al Azhar 15 Pamulang karena beranggapan bahwa segenap civitas Alpam dianggap mampu untuk memberikan pendidikan yang diharapkannya, mengingat anak merupakan ‘human invest’ bagi orang tuanya. Tentunya, kepercayaan ini tidak akan di sia-siakan oleh ALPAM.

Moment of Truth (MOT)

Konsep MOT adalah suatu konsep inti yang diajarkan kepada para peserta workshop. Inti konsep ini adalah mengajak para peserta workshop untuk memahami tentang konsep pelayanan dari sudut pandang customer. Dengan kata lain .......... para peserta workshop harus memahami mengapa seseorang bisa memberikan penilaian positif maupun negatif terhadap suatu pelayanan. Untuk memudahkan pemahaman konsep ini, pada sesi ini disimulasikan dalam bentuk ‘group discussion and presentation’, Pada saat berdiskusi, peserta diajak untuk bertindak sebagai customer, dan dipersilahkan untuk mengomentari, memberikan penilaian positif atau negatif terhadap suatu departemen / guru kelas 1 dlsb, tentu saja didasarkan atas setiap kejadian yang telah mereka alami (titik persepri). Dari diskusi dan presentasi inilah, mereka yang dikomentari akan mengetahui sebaik apa pelayanan yang telah diberikan selama ini. Dari sini diharapkan masing-2 departemen atau guru dapat memikirkan cara untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dan memelihara yang sudah baik.


Creativity

Dalam memberikan dan meningkatkan pelayanan di dunia pendidikan, banyak hal yang bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan menerapkan konsep ‘creativity’. Ada 4 konsep yang dijelaskan di sini, yaitu :

1. Play
Dalam mengajar, seorang guru berusaha menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak. Sudah bukan jamannya lagi bahwa dalam proses pembelajaran anak dituntut untuk selalu diam, karena dari model pembelajaran yang seperti ini akan menghalangi daya imajinasi dan kreativitas anak. Maka dari awal tahun pelajaran 2010-2011 ALPAM mengusung tema Belajar dan Bermain. Perihal anak bermain Prof Dr M Zaim berpesan, ‘Biarkanlah mereka menggunakan waktu bermainnya dengan baik demi keseimbangan perkembangannya’, Bermain akan melatih keseimbangan antara kecerdasan otak dan kecerdasan emosional.

2. Make Their Day
Artinya berbuat yang terbaik saat berinteraksi dengan customer. Contoh, jika seseorang pergi ke suatu mall , begitu menginjakkan kakinya di lobi, biasanya ia akan langsung disambut oleh SPG yang menawarkan aneka parfum dengan ramahnya, memberikan contoh aroma parfum di kertas yang telah disediakan. Keramahan dan aroma parfum tersebut dapat menjadi representasi dari keseluruhan yang terdapat di dalam mall tersebut. Dalam hal ini, Alpam pun telah berusaha ketika seseorang yang akan berkunjung ke sekolah maka sebagai penanda pertama yaitu satpam, yang diharapkan akan memandunya dengan ramah tempat yang akan dituju.

3. Be There
Artinya, saat memberikan pelayanan yang harus hadir tidak harus secara fisik saja, tetapi pikiran pun hadir ( fokus ). Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai sumbangsih seorang pegawai kepada perusahaan. Jika telah memilih guru sebagai profesinya maka Be There mengajarkan kepada kita, bahwa pada saat mengajar, kita harus fokus pada peserta didik, pikiran tidak melayang ke mana-mana.

4. Choose Your Attitude
Menentukan sikap walaupun yang lain tidak berbuat yang baik. Kita diajarkan bahwa seseorang dalam bekerja harus memiliki komitmen bahwa kita harus selalu mampu berbuat baik. Ketika di lembaga pendidikan Al Azhar kita diajarkan bahwa pekerjaan yang kita lakukan bukan untuk kepala sekolah atau lainya selain hanya kepada yang Maha Mengetahui.

Teamwork dan Team Role

Akhirnya, konsep yang terakhir mengajarkan, bahwa segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik apabila satu sama lain saling bekerja sama. ALPAM bisa memberikan pelayanan yang terbaik, apabila tiap personil pendukungnya mampu bekerja sama untuk mewujudkannya, tentu saja didahului dengan pemahaman tiap personil akan peran masing-masing dalam kehidupan berkelompok. Peran si X yang lemah dalam hal tertentu, tentunya harus diperkuat dengan peran personil yang lain yang mempunyai kelebihan dalam hal tersebut.Pemahaman konsep teamwork dan peran anggota kelompok, disimulasikan dalam bentuk diskusi kelompok dan aktivitas team building.
Pada aktivitas ini, peserta diajak untuk memahami kelebihan dan kekuatan peran masing-masing apabila bekerja dalam suatu kelompok atau project, bagaimana menyiasatinya untuk mencapai tujuan keberhasilan kelompok.


Demikian rangkaian kegiatan sehari selama workshop berlangsung. Semoga seluruh materi yang telah diberikan selama workshop berlangsung, dapat diterapkan dengan baik oleh seluruh peserta, demi terwujudnya pelayanan yang optimum di lingkungan ALPAM khususnya.

Jumat, 30 Juli 2010

YANG SALING BERKOLABORASI DI GCC

1. PAK YANTO ( SRI YANTO, SS.)

Gaya keren, berwibawa, suka sedikit bercanda, dan santun ini adalah gambaran nakoda perahu alpam (sdi AL azhar 15 PAMulang ). Dengan terobosan baru ini beliau sangat konsen dan mendukung kegiatan gcc dan kegiatan-kegiatan lainya.kita tunggu manufer apa lagi yang akan beliau buat untuk menjadikan perahu alpam ini tetap berlayar dengan tegar dan tangguh, heeee!


2. BU YANA (YANA RODIYANAH, S. Ag.)

Sejuk, tenang, dan nyaman rasanya kalau bertemu dengan bu yana, dengan wajahnya yang murah senyum ternyata membawa kesan yang berbeda bagi murid, orang tua, guru dan karyawan. Beliau adalah wakil pak YaNtO yang juga sangat mendukung kegiatan-kegiatan sekolah yang mengarah ke arah perbaikan! “ bu yana jangan senyum-senyum sendiri ya…..! heeeee!”


3. BU CHACA ( SISHA RISTIA KINDANGEN, S.Psi)

Bu Caca, demikian ibu yang satu ini dipanggil. Periode tahun 2010/2011 ini, Bu Caca dipercaya untuk mengelola GCC. Satu-satunya guru di ALPAM yang kulitnya paling putih, selalu tersenyum, plus tutur bahasanya yang lembuuuut wqwqwqwqwq…….. Pas banget deh mendapat kepercayaan untuk membimbing GCC. Soalnya, kalo ada yang mau curhat, begitu lihat senyum Bu Caca, hati bisa langsung adem……


4. BUNDANYA ALYA ( RINA S. NUGROHO, S. PSi )

Ibu yang stau ini adalah konsultan BK sekolah kita. Easy going, boyisk, dan energic ( kaya guru senam aerobik ! heeeeee). Bunda Karindra Mahalia Putri ( Alia ) ini sangat senang berkecimpung (tapi bukan nyemplung, ya!) di dunia pendidikan dan perkembangan anak dengan latar belakang dari dunia psikologi beliau ( cie… ) bersedia untuk menjadi konsultal di sekolah kita ini! Makasih ya…!


5.PAK HILMAN alias PAMAN( HILMAN INDRAPURA, S.Pd )
Orangnya gagah dan keren, pokoknya sehat banget deh. Karena posturnya oke, Pak Hilman dipercaya mengajar materi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di kelas 4, 5 dan 6. Di GCC ini Pak Hilman juga banyak memberikan dukungannya lho, terutama dalam pembuatan blog GCC. Selain membantu GCC dalam pembuatan blog, Pak Hilman juga banyak menyumbangkan ide-2 kreatifnya dalam penyusunan modul-modul GCC, terutama dalam hal aktivitas outdoornya. Makasih banyak lho, Pak…….jangan bosan-bosan untuk direpotin GCC ya……


6. PAK EDI ( EDI KARDI )

Sama, seperti Pak Hilman, postur tubuh bapak yang satu ini juga ngga kalah ganteng dan keren. Makanya, Pak Edi juga dipercaya ALPAM untuk mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk kelas 1, 2 dan 3. GCC juga berterima kasih banget nih buat Pak Edi, karena sumbangan ide-ide kreatifnya, ini banyak banget gunanya untuk pengembangan modul GCC di kelas 1, 2 dan 3. Sekali lagi, makasih banget loh……..


7. BU UUN ( UNIROWATI, S.Pd )

Bu Uun, panggilan beliau. Dengan postur tubuh mungil, plus suara medok Jawa-nya yang khas, tampilan Bu Uun juga unik. Beliau mengajar Seni Budaya dan Ketrampilan dan pas banget kalau mengajar di kelas 1, 2 dan 3, pokoknya ngemong banget. Di periode tahun 2010/2011 ini, GCC banyak bekerja sama dengan Bu Uun, karena materi bimbingan GCC dirasa pas untuk dikombinasikan dengan materi SBK, terutama dalam hal pengembangan kreativitas, minat dan bakat anak. Makasih loh, Bu, udah diperbolehkan kerja sama dengan Ibu…


8. PAK ALEKS (AGUNG SUPARYADI, S.Pd)

Bapak yang satu ini mengajar di Seni Budaya dan Ketrampilan, tapi untuk kelas 4, 5 dan 6. Tinggi, murah senyum¸ dan suara yang juga khas medok Jawa-nya kaya Bu Uun…….pokoknya GCC enak banget deh kalau bekerja sama dengan Pak Agung di periode tahun 2010/2011 ini. Mohon ijin yach, Pak……..boleh berkerja sama dengan Bapak. Bapak baiiiik banget……ehm…ehm……. Makaciiih…..makaciiiih…….


9. PAK ANWAR ( DRS. TAHMIDIN ANWAR )
Walaupun sebagian besar waktunya banyak dihabiskan di kelas 3, Pak Anwar (Mirip kang ebet kadarusman ) banyak juga lho membantu kita-kita di GCC, orang Jawa bilang…. Pak Anwar itu bisa ngayomi hmmmmmm……. Sumbangan artikelnya juga oke punya di blog ini. Maklum……Pak Anwar banyak berkecimpung di dunia penulisan, jadi beliau juga aktif mengirimkan sumbangan tulisannya di blog GCC. Makasih, ya Pak…..


10.SIAPA LAGI MENYUSUL ???
Ada yang mau diajak kerja sama lagi ngga ya ? Yang jelas, kalo ada yang mau nyumbangin ide-ide kreatifnya, boleh loooh…… GCC siap menampung ……

Rabu, 28 Juli 2010

GAYA BELAJAR (RINA. S. NUGROHO, S. PSI)


Tulisan ini diilhami dari pengalaman saya saat mengajari anak-anak kecil berbahasa Inggris secara privat. Sebenarnya artikel ini pernah dimuat di beberapa majalah anak, buku-buku tentang psikologi anak, hanya saja saya tidak pernah mempelajarinya terlalu serius. Bahkan saya sempat berpikir …………… ‘Apa susahnya sih ngajarin anak ?’ Akhirnya tiba saatnya saya mengalami sendiri, memiliki anak dan menyekolahkan dia di sekolah TK, sampai mengisi waktu luang dengan membuka les privat Bahasa Inggris untuk anak-anak kecil….. dan pada akhirnya saya mulai belajar lebih serius mengenai masalah ‘Gaya Belajar Anak’.

Apa yang saya dapat setelah itu ? Ternyata dengan banyak membaca, praktek langsung, ……………. yang terbersit pertama kali dalam benak saya adalah ‘TERNYATA MENARIK DAN PENUH TANTANGAN JUGA YA MENJADI SEORANG GURU ITU ?’. Pertanyaannya, di mana letak menariknya dan letak tantangannya ? Menurut saya, salah satu hal yang membuat menarik pekerjaan seorang guru yakni terletak pada saat dia memutuskan dengan cara apa dia mampu membimbing anak tersebut belajar, dan pada akhirnya membuat anak tersebut menjadi suka belajar.

Kebanyakan orang yang tidak begitu mendalami masalah anak, mungkin akan berkata ………’Ya gampang aja, suruh dia duduk, ada meja, kursi, matikan televisi supaya dia tidak terganggu……… beres deh’. Ternyata tidak semudah itu lhooo….. ‘Tiap anak itu unik dan berbeda’, artinya, walaupun beberapa orang anak bisa lahir dari satu keluarga, tiap anak akan memiliki ciri lahiriah berbeda, dan tentu saja gaya belajar pun akan berbeda.

Anak adalah pribadi yang unik dan berbeda.
Tiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda antara satu dan yang lainnya.
Karenanya,……. Pendidikan yang akan diberikan harus disesuaikan dengan gaya belajar anak.

Coba kita simak pengalaman saya berikut ini. Suatu ketika saat saya mengajari murid saya berbahasa Inggris, tujuan dari modul yang saya ajarkan saat itu adalah agar mereka dapat mengucapkan beberapa aktivitas dalam bahasa Inggris seperti ‘hands up, hands down, go to the left, go to the right, shake your body dst’. Agar suasana menjadi gembira, saya mengajarkannya dengan menggunakan musik ‘groove’, mengucapkan kata-kata tersebut sambil melakukannya dalam bentuk tarian dan sambil menyanyi. Apa yang terjadi :

1. Tia, saat pertemuan berikutnya, tanpa harus belajar di rumah, saat datang ke tempat les, sudah dapat menyebutkan aktivitas tersebut dalam bahasa Inggris dengan lancar
2. Sofi, dapat menyebutkan dengan lancar setelah dua kali pertemuan
3. Laura, sampai 4 kali pertemuan, baru dapat mengucapkan dengan cukup lancar, bahkan kadang-kadang agak lupa.

Mengapa hal ini bisa terjadi ? Sekedar berbagi informasi, ternyata hal ini disebabkan karena gaya belajar tiap anak itu berbeda-beda :

1. Tia paling mudah menangkap pelajaran dengan melakukan gerakan-gerakan
2. Sofi, mudah menangkap pelajaran karena ada suara musik dan nyanyian
3. Laura, agak kesulitan menangkap pelajaran, karena dia tidak suka menari ataupun melakukan apapun dengan gerakan.

Setelah saya berbincang dengan ibu masing-masing anak dan beberapa guru di sekolah mereka, berikut komentar-komentar yang muncul :

1. Ibu dari Tia : ‘Emang tuh si Tia……kalau belajar, anaknya ga bisa duduk diem, lari sana, lari sini, pusing deh aku……’
2. Ibu dari Sofi : ‘ Sofi itu kalau sudah dengar lagu……..dia paling senang’
3. Ibu dari Laura : ‘Laura ga suka kalau nari, kalau dikasih lihat gambarnya, terus suruh ngapalin sih bisa….’
4. Guru 1 : Iya sih………… si Tia emang anaknya lebih aktif dari yang lain, ga bisa diem…….’

Apa ini artinya ? Sekedar berbagi informasi saja, ternyata, gaya atau tipe belajar anak itu berbeda-beda dan masing-masing tipe / gaya memiliki ciri-ciri tersendiri, yakni :

1. Tipe visual
Anak-anak jenis tipe ini lebih mudah menyerap pelajaran dengan cara melihat atau membaca.
Ciri-cirinya :
Lebih senang membaca sendiri daripada dibacakan orang lain
Lebih menyukai seni yang tidak berhubungan dengan musik
Lebih mudah mengingat sesuatu yang dilihat daripada didengar
Gemar membaca
Lebih mudah memahami bila diterangkan dengan gambar, film, tabel, peta dsj.


2. Tipe auditori
Anak-anak jenis tipe ini lebih mudah menyerap pelajaran dengan cara mendengarkan atau diterangkan secara lisan. Anak juga butuh mendengarkan sesuatu untuk membantunya belajar, seperti suara musik, suara TV dll.
Ciri-cirinya :
Senang berbicara / berdiskusi
Lebih menyukai musik dari seni lainnya
Lebih mudah mengingat apa yang diterangkan /didiskusikan dari apa yang dilihat
Senang membaca dengan bersuara atau menggerakkan bibirnya. Masalahnya, di sekolah ‘tradisional’, anak diharuskan membaca tanpa bersuara, bila bersuara, dianggap mengganggu.

3. Tipe kinestetik
Anak-anak jenis tipe ini lebih mudah menyukai belajar dengan cara menyentuh dan cenderung tidak dapat duduk tenang ketika belajar.
Ciri-cirinya :
Banyak bergerak dan tidak dapat diam di suatu tempat, bagi yang kurang memahami gaya belajar seperti ini, anak seringkali dianggap sangat mengganggu, bahkan cenderung diberi label‘hiperaktif’
Tidak bisa diam di tempat terlalu lama
Sulit mengingat sesuatu bila tidak pernah berada di sana
Lebih menyukai gerak tubuh
Di bidang seni, lebih menyukai seni tari.

Tipe / gaya belajar di atas hanyalah merupakan ‘kecenderungan’ saja. Bisa jadi seorang anak memiliki gaya belajar yang seimbang di antara ketiganya. Ada juga yang memiliki kombinasi 2 tipe seperti auditori kinestetik, visual auditori dll, hanya saja bila memiliki 2 kombinasi ini, biasanya salah satu tipe ada yang memiliki peran dominan dibanding tipe yang lain.
Nah, bagaimana dengan putra-putri Anda ? Semoga dengan berbagi informasi ini bisa membawa manfaat bagi Bapak / Ibu. Karena dengan memahami tipe belajar anak, kita akan lebih mudah membimbingnya belajar, dan pada akhirnya anak akan suka belajar.

BIMBINGAN KONSELING ALIAS GCC


Jika mendengar atau membaca 2 kata ini ………. BIMBINGAN KONSELING, kira-2 apa ya yang ada di benak kita ? Dari sekian orang yang sempat diberi pertanyaan mengenai BIMBINGAN KONSELING, kebanyakan jawaban yang muncul a.l. :
1. Tempat mengatasi murid yang bermasalah
2. Tempat menghukum anak yang nakal dan bermasalah
3. Tempat konsultasi anak bermasalah
4. Dan beberapa jawaban lain yang bernada mirip.

Ya, begitu mendengar dan membaca tulisan BIMBINGAN KONSELING, biasanya citra yang terbentuk yaitu :
1. Sebagai polisi sekolah.
Contohnya, kalau ada murid yang mengobrol di kelas, guru langsung membawa anak tersebut ke ruangan BK
2. Semata-2 berfungsi sebagai pemberi nasihat belaka
Padahal yang mampu memberi nasihat, terutama bila untuk mengatasi murid yang mengobrol saja, tidak perlu BK, bener khan ?
3. Tugas terbatas pada masalah yang sifatnya insidental
Begitu selesai memberi nasihat, ya….tugas dianggap selesai
4. Tugas terbatas pada masalah yang ringan
Atau bahkan dianggap kurang kerjaan…..hmmmmmm……
5. Hanya melayani ‘orang sakit’ dan atau ‘kurang normal’
Ini yang sering terjadi, kita sedemikian mudahnya memberi cap (labeling) pada murid yang dianggap tidak mau menuruti guru dll
6. Hasil pekerjaan BK harus segera terlihat
Padahal, BK itu bukan tukang kayu loh……begitu memotong, mengasah kayu….jadi deh mejanya. Hal-hal yang ditangani BK itu materinya tidak berwujud benda, tapi materi-2 yang berhubungan dengan psiko-sosial-emosional, dan ‘meramunya’ juga tidak sama dengan kayu, perlu ada sedikit ‘polesan dan sentuhan’. Dan ‘meramu tiap individu itu berbeda-beda’. Ada yang dinasihati sedikit saja, udah manjur. Tetapi, ada juga individu yang tidak mau dinasihati, tapi dia lebih suka melihat (modeling). Nah, ini tantangannya…..
7. Usaha BK hanya terbatas pada penggunaan instrumentasi seperti tes, inventori dan kuesioner
Kadang ada juga para orang tua yang memaksakan anaknya untuk di-tes psikologi, semata-2 untuk memenuhi keinginan pribadi, tanpa tahu untuk apa sebenarnya tes psikologi itu digunakan
8. BK hanya bekerja sendiri, konselor yang aktif
Ini juga sering terjadi, padahal, jika ada ‘kejadian’, mestinya yang harus bekerja sama itu banyak pihak loh, ya konselornya, gurunya, termasuk juga orang tuanya. Ini supaya hasilnya bisa optimal.

Nah, koq bisa ya, citra BK seperti ini ? Banyak hal yang mempengaruhi, a.l. :
1. Aturan main di BK belum jelas
2. Guru BK banyak yang berfungsi sebagai guru pengganti atau guru piket
3. Hanya ditugasi sebagai POLISI SEKOLAH
4. Banyak pihak yang kurang paham dan kurang jelas akan fungsi BK
5. Tugas dan fungsi guru BK belum optimal
6. Kelirunya persepsi para personal sekolah akan tugas BK itu sendiri, sehingga tidak terjalin kerja sama.

Karena adanya wacana seperti ini, bagaimana dengan BK Al Azhar 15 Pamulang sendiri ? Mulai periode tahun ajaran 2010/2011 ini, BK ALPAM, mulai mengadakan beberapa perombakan di tubuh BK. Apa saja sih yang dirombak ?
1. Nama BK diberi nama lain menjadi GUIDANCE AND COUNSELING CENTRE (GCC ALPAM). BK sendiri tetap ada, hanya karena mendukung program sekolah yang ingin ‘bertaraf internasional’, BK juga sedikit ‘ go internasional juga’ he he he
2. Supaya lebih membahana, sekaligus memacu GCC untuk dapat memberi pelayanan yang terbaik buat customernya, GCC juga membuat Visi, Misi yang tentunya hal ini mendukung Visi dan Misi dari YPI Al Azhar Pusat juga
3. Karena yang diurusi GCC kebanyakan bersifat psiko-sosial dan emosional, GCC mempunyai motto

Serve From The Heart

untuk lebih mewujudkan visi dan misi yang sudah terbentuk

4. Hal-hal yang lebih disorot dalam pelaksanaan tugas GCC adalah lebih menitikberatkan pada ‘tugas-tugas perkembangan individu’. Pendek kata, pelaksanaan tugas GCC di kelas 1 berbeda dengan di kelas 2, berbeda dengan di kelas 3, 4, 5 dan 6. Karena apa ? Setiap tingkatan, mempunyai tugas perkembangan yang berbeda. Misalnya, karena gerakan motorik di kelas 1 masih belum semahir kakak-2 kelas 6, maka jenis pemberian edukasi di kelas 1, pasti berbeda dengan kelas 6.
5. Program-2 di periode 2010/2011 ini pun sudah mengalami pengayaan dan pengembangan.
Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca di posting GCC yang judulnya : ………………………

Dengan demikian, supaya pelaksanaan program GCC terwujud, kerja sama dari berbagai pihak tentunya sangat diharapkan, baik dari individu peserta didik, ortu dan segenap personil sekolah.

Senin, 26 Juli 2010

ALPAM Guidance & Counseling Center (GCC) Service From The Heart



 ALPAM
Guidance & Counseling Center (GCC)

 VISI
Menjadi wadah bimbingan dan konseling yang edukatif dan profesional bagi pengembangan pribadi sesuai dengan ‘tugas perkembangan’ dan nilai-nilai Islami di lingkungan ALPAM

 MISI
Mendukung program sekolah dalam hal :

1. Misi pendidikan
Penyediaan info-info aktual sehubungan dengan ‘trend’ permasalahan yang sedang dan mungkin terjadi dalam diri individu

2. Misi pengembangan pribadi
Menyiapkan dan mengembangkan individu menuju tahapan perkembangan berikutnya

 BIDANG LAYANAN

1. Education (50%)
a. Bimbingan berkala sesuai trend permasalahan yang ada dan kehidupan praktis sehari-hari, yang disesuaikan dengan kapasitas tahap perkembangan dan kelompok umur
b. Konseling pribadi sesuai dengan etika dan pendekatan positif
c. Penyebaran leaflet psikologi berkala dan pembuatan blog.

2. Individual psychological assessment (15%)
Penelusuran aspek psikososial pribadi yang akan disajikan dalam bentuk portofolio yang sifatnya pribadi dan rahasia.

3. Research & Program Development (35%)
a. Penelitian yang berkaitan dengan psy. assessment yang bertujuan untuk menciptakan standar dan norma sesuai dengan lingkungan ALPAM
b. Mengembangkan program dan modul bimbingan sesuai dengan kaidah-2 pengajaran di ALPAM


 FUNGSI DAN TUJUAN

1. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan
Membina dan mempersiapkan peserta didik untuk lebih siap dan matang secara emosional dalam melakukan ‘tugas perkembangan’ di periode umur terkait dan di periode umur berikutnya

2. Fungsi pemahaman dan penerapan
Memberikan edukasi psikologis yang tidak hanya berfungsi sebagai pengetahuan pribadi saja tapi lebih diharapkan agar peserta didik mampu menanamkan dan menerapkannya dalam perilaku efektif sehari-hari, baik di lingkungan ALPAM secara khusus dan di luar lingkungan ALPAM secara luas.